MAKALAH
FILSAFAT MASA AWAL SKOLASTIK
diajukan untuk memenuhi tugas
PENGANTAR FILSAFAT
Dosen
Pembimbing:
Prof. Dr. Hj. Tsuroya Kiswati, M.A.
Oleh:
M. Abdul Fatah (A51212077)
Khoirul Huda (A51212076)
Siti Muthmainnah (A71212088)
JURUSAN
BAHASA DAN
SASTRA ARAB
FAKULTAS
ADAB
INSTITUT
AGAMA ISLAM NEGERI SUNAN AMPEL
SURABAYA
2013
2013
BAB I
PEMBAHASAN
A. Latar Belakang
Masa awal sekolastik ini merupakan kebangkitan pemikiran
abad pertengahan setelah terjadi kemerosotan. Pemikiran filsafat pada masa sebelumnya
yang didominasi golongan gereja. Hal ini di sebabkan
kaerena banyak sekali golongan ahli pikir di masa itu, dari golongan ahli pikir
inilah menimbulkan sikap yang beragam pemikirannya. Mereka ada yang menolak filsafat Yunani dan ada
yang menerimanya. Ketika peradaban Yunani sudah tersebar di kalangan mereka,
para ahli pikir dari pemimpin gereja berbeda pendapat mengenai perlu tidaknya
filsafat Yunani digunakan oleh kalangan pemimpin gereja.
Waktu itu para pemimpin gereja sangat mewarnai
corak kehidupan masyarakat, karena merekalah yang dapat mengeluarkan
peraturan-peraturan gereja sebagai pengamalan terhadap ajaran Tuhan. Sehingga pada masa ini persoalan pemikiran
yang paling menonjol ialah hubunga antara rasio dengan wahyu (agama). Adapun
maksudnya adalah bahwa orang yang mempunyai kepercayaan agama akan lebih
mengerti segala sesuatu.
B. Rumusan Masalah
Dalam
pembahasan ini penulis membatasi topik dengan rumusan masalah :
1. Apa pengertian dari masa skolastik ?
2. Bagaimana perkembangan filsafat pada masa skolastik
awal ?
3. Siapa tokoh-tokoh yang berhubungan dengan filsafat
pada masa skolastik awal ini ?
C. Tujuan
Penulisan
Berkaitan
dengan rumusan masalah di atas, penulisan makalah ini bertujuan sebagai
berikut:
1.
Mengetahui
dan memahami pengertian dari masa skolastik ?
2.
Mengetahui
perkembangan filsafat pada masa skolastik awal
3.
Mengetahui
tokoh-tokoh yang berhubungan dengan filsafat pada masa skolastik awal
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Masa Skolastik
Istilah skolastik adalah sifat yang berasal dari kata school, yang
berarti sekolah. Jadi, skolastik berarti aliran atau kaitan dengan sekolah.
Perkataan skolastik merupakan corak khas dari sejarah filsafat abad
pertengahan.
Istilah skolastik pun
berasal dari bahasa latin “scholasticus” yang berarti murid, sebagai suatu
gerakan filsafat dan keagamaan yang berupaya mengadakan sintesa antara akal
budi manusia dengan keimanan. Atau menerapkan metafisika Yunani ke dalam
keyakinan Kristiani. Metode yang digunakan ialah disputatio, yaitu
membandingkan argumentasi diantara yang pro dan kontra.
Istilah ini pertama kali muncul di Ghalia degan tokohnya Abaelardus,
Anselmus dan Petrus Lombardus, dan mengalami kejayaan pada abad 12 dengan
tokohnya Thomas Aquinas, Beraventura, Dun Scotus dan Ockham.
Terdapat beberapa pengertian dari corak khas skolastik, sebagai berikut.
a. Filsafat skolastik adalah filsafat yang
mempunyai corak semata-mata agama.
b. Filsafat skolastik adalah filsafat yang mengabdi pada teologi atau
filsafat yang rasional memecahkan persoalan-persoalan mengenai berpikir,sifat ada, kejasmanian,
baik buruk.
c. Filsafat skolastik
adalah suatu sistem filsafat yang termasuk jajaran pengetahuan alam kodrat,
akan dimasukan kedalam bentuk sintesis yang lebih tinggi antara kepercayaan dan
akal.
d. Filsafat skolastik adalah filsafat nasrani karena bannyak dipengaruhi
oleh ajaran gereja.
Filsafat Skolastik ini
dapat berkembang dan tumbuh karena ada beberapa faktor yang mempengaruhinya diantaranya :
1. Faktor Religius
Maksud faktor religius adalah keadaan lingkungan saat itu yang berkehidupan
religius. Mereka beranggapan bahwa hidup di dunia ini suatu perjalanan ke tanah
suci Yerussalem, dunia ini bagaikan
negeri asing dan sebagai tempat pembuangan limbah air mata saja (tempat
kesedihan). Sebagai Dunia yang menjadi tanah airnya adalah surga. Manusia tidak
dapat sampai ke tanah airmya (Surga) dengan kemampuan sendiri, sehingga harus
ditolong. Karena manusia itu menurut sifat kodratnya mempunyai cela atau
kelemahan yang dilakukan (diwariskan) oleh Adam, mereka juga berkeyakinan bahwa
Isa anak Tuhan berperan sebagai pembebas dan pemberi bahagia. Ia akan memberi
pengampunan sekaligus menolongnya. Maka, hanya dengan jalan
pengampunan inilah manusia dapat tertolong agar dapat mencapai tanah
airnya (surga). Anggapan dan keyakinan inilah yang dijadikan dasar pemikiran
filsafatnya.
2. Faktor Ilmu Pengetahuan
Pada saat itu telah banyak didirikan lembaga pengajaran yang diupayakan
oleh biara-biara, gereja, ataupun dari keluarga istana. Kepustakaannya
diambilkan dari para penulis latin, Arab (Islam), dan Yunani.
B. Masa Awal Skolastik dan Perkembangannya
Masa
ini merupakan kebangkitan pemikiran abad pertengahan setelah terjadi
kemerosotan. Pemikiran filsafat pada masa sebelumnya yang didominasi golongan
gereja. Pada masa ini persoalan pemikiran yang paling menonjol ialah hubunga
antara rasio dengan wahyu (agama). Adapun maksudnya adalah bahwa orang yang
mempunyai kepercayaan agama akan lebih mengerti segala sesuatu atau dalam
hal lain adalah ilmu pengetahuan.
Masa ini juga
merupakan zaman baru bagi bangsa eropa. Hal ini ditandai dengan skolastik yang
didalamnya banyak diupayakan pengembangan ilmu pengetahuan di sekolah-sekolah.
Pada mulanya skolastik ini timbul pertama kalinya dibiar Italia selatan dan
akhirnya sampai berpengaruh ke jerman dan belanda.
Menurut Sutardjo Wiramihardja bahwa zaman ini berhubungan dengan terjadinya perpindahan penduduk, yaitu perpindahan
bangsa Hun dari Asia ke Eropa sehingga bangsaJerman pindah melewati
perbatasan kekaisaran Romawi yang secara politik sudah mengalami kemerosotan. Hal ini juga
didukung dengan kerusuhan dan kesulitan politik pada Eropa Selatan dan Afrika
Utara tidak dapat dihindarkan dan akhirnya melenyapkan kerajaan-kerajaan yang
ada di dalamnya besrta peradaban dan kebudayaannya. Ketentraman politik lama
tidak stabil. Baru pada abad ke-8 M, ketika Karel Agung (742-814) berkuasa di
Eropa, ketentraman pun kembali terasa dalam waktu yang cukup lama. Selain itu,
kebudayaan dan ilmu pengetahuan , termasuk kehidupan manusia serta pemikiran
filsafat dan lainnya mulai menampakkan ada kebangkitan. Kebangkitan inilah
merupakan kecemerlangan abad pertengahan, dimana pemikiranya sangat berbeda
dengan sebelumnya.
Daalam pemerintahan Karel Agung, agama Kristen telah tersebar di
sebagian besar wilayah Eropa serta terdapat pula organisasi-organisasi
mesyarakat Kristen yang teratur, baik dalam menyebarkan benih agamanya maupun
dalam memperdalam pengetahuan agamanya. Maka didirikanlah sekolah-sekolah oleh
para pembesar gereja, terutama bagi calon pemimpin gereja(masyarakat Kristen)
walaupun juga ada orang biasa yang mengikuti sekolah tersebut. Raja-raja pun
tidak mau ketinggalan dalam hal tersebut. Walaupun
demikian masa ini merupakan kebangkitan pemikiran abad pertengahan yang mana
sebelumnya merosot karena kuatnya dominasi golongan Gereja. Karena situasi
yang ricuh seperti di atas , tidak banyak
pemikiran filsafat yang patut ditampilkan pada masa ini. Namun, ada beberapa tokoh dan situasi
penting yang harus diperhatikan dalam memahami filsafat masa ini.
C. Tokoh-tokoh Masa Awal Skolastik
1. Augustinus (354-430 M)
Augustinus
lahir di Tagasta, Numidia (sekarang Algeria), pada 13 November 354. Ayahnya,
Patricius adalah seorang pejabat pada kekaisaran Romawi, yang tetap kafir
sampai kematiannya pada tahun 370. Ibunya, Monnica, adalah penganut Kristen
yang amat taat. Pada tanggal 28 Agustus 430, Augustinus meninggal dunia dalam
kesucian dan kemiskinan yang memang sudah lam di jalaninya.
Menurut
Augustinus dalam pemikirannya, dia mengatakan dibalik keteraturan dan
ketertiban alam semesta ini pasti ada yang mengendalikan yaitu Tuhan. Kebenaran
mutlak ada pada ajaran agama. Kebenaran berpangkal pada aksioma bahwa segala
sesuatu diciptakan oleh Tuhan dari yang tidak ada (creatio ex nihilo).
Kehidupan yang terbaik adalah kehidupan bertapa dan yang terpenting adalah
cinta kepada Tuhan. Terpisah dari Tuhan tidak ada realitas , demikian katanya
(Mayer, 357).
2. Boethius (480-524 M)
Nama lengkapnya adalah Anicius Manlius Severinus Boethius, dia adalah seorang filsuf Romawi. Ia lahir di kota Roma sekitar tahun 480. Boethius pernah menjabat sebagai
seorang pejabat tinggi di bawah pemerintahan Kaisar Theodorik dan ia dituduh sebagai pengkhianat lalu dibuang ke
tempat pengasingan. Akhirnya, Boethius dihukum mati pada tahun 525 pada usiannya yang ke 44
tahun.[1] Dia mendapat hukuman mati
dengan tuduhan dia dianggap sebagai filosof akhir Romawi dan filosof pertama
skolastik.
Jasa Boethius adalah
menterjemahkan logika aristoteles ke dalam bahasa latin dan menulis beberapa
traktat logika aristoteles.Ia adalah seorang guru logika pada abad pertengahan
dan mengarang beberapa traktat teologi yang dipelajari sepanjang abad
pertengahan.
Pemikiran Boethius
memiliki pengaruh penting terhadap filsafat pada
akhir era Filsafat Klasik dan juga awal masa Abad Pertengahan. Selain itu,
terjemahan dan komentar Boethius terhadap karya-karya Aristotels juga amat
memengaruhi seluruh sejarah filsafat setelahnya.[2]
Karya Boethius yang paling terkenal berjudul "Tentang Penghiburan dari
Filsafat" yang ditulis sewaktu ia dalam pembuangan. Isi karya tersebut
adalah refleksi terhadap hakikat kebahagiaan manusia, serta mengenai masalah
kejahatan. Selain itu, karya itu juga mendiskusikan tema-tema seperti takdir,
kesempatan, kehendak bebas manusia, dan sebagainya.[3]
3.
Kaisar Karel Agung
Karel Agung, yang
adalah cucu dari Karel Martel, pahlawan penyelamat Eropa, mengakhiri era bangsa
barbar di Eropa dengan menjadi pemerintah pertama yang diakui oleh Paus dan
dibaptis menjadi Kristen sejak zaman raja barbar Odoaker. Bangsa-bangsa di
Eropa yang sejak kejatuhan kekaisaran Romawi tidak memiliki pemerintahan
Kristen dan jatuh ke tangan bangsa-bangsa barbar dari Eropa Utara, sekarang
disatukan kembali di bawah pemerintahan Karel Agung. Dengan adanya persatuan
maka peperangan pun menjadi jarang dan rakyat di bawah pemerintahan Karel Agung dapat memfokuskan diri kepada hal-hal yang lain seperti
pendidikan, kebudayaan, agama, dan keuangan.
Pada abad 9 di bawah pemerintahan kaisar Karel
Agung, Eropa mendapat stabilitas politik
yang dukup besar dan kehidupan kultural dapat berkembang lagi, Karel Agung
mengundang berbagai sarjana keistananya, antara lain Rahib Benediktin inggris
yang bernama Alcuinus. Suatu kejadian yang penting pada waktu itu ialah bahwa
pendidikan mulai diselenggarakan, dimana-mana didirikan sekolah-sekolah adatiga
macam sekolah yang digabungkan dengan salah satu biara, sekolah yang ditanggung
oleh keuskufan dan sekolah yang dibuka oleh raja atau seorang tuan besar.[4]
4.
Santo Anselmus (1033-1109 M)
Berbicara mengenai filsafat abad pertengahan, Anselmus tidak dapat
dilewatkan begitu saja. Tokoh inilah yang mengeluarkan pernyataan credo ut intelligam (saya percaya agar
saya paham) yang dianggap merupakan cirri utama filsafat abad pertengahan.
Sekaliun pada umumnya filosof pada masa skolastik awal seperti itu membicarakan
mengenai hubungan akal dan iman, Anselmuslah yang diketahui mengeluarkan
pernyataan itu. Filsafat ini jelas berbeda dengan sifat filsafat rasional yang
lebih mendahulukan pengertian dari pada iman.
Di dalam filsafat Anselmus kelihatan iman merupakan tema sentral pemikirannya.
Iman kepada Kristus adalah yang paling penting sebelum yang lain. Dari sini
dapatlah kita memahami pernyataannya, credo
ut intelligam yang terkenal itu. Ungkapan ini menggambarkan bahwa dia
mendahulukan iman dari pada akal. Ungkapan itu dapat diartikan dengan percayalah terlebih dahulu supaya mengerti.
Dia mengatakan bahwa wahyu harus diterima lebih dulu sebelum kita mulai
berpikir (Mayer: 384). Jadi, akal hanyalah pembantu wahyu. Pengaruh Plato besar
dalam pemikirannya, seperti Plato Anselmus adalah seorang realis. Dia percaya
bahwa universal-universal (idea-idea pada Plato) memang benar-benar ada
terpisah dari sesuatu yang partikular. Idea-idea seperti kebenaran, keindahan,
kebaikan itu ada dan tidak memerlukan ada atau tidak adanya contoh di bumi ini.
Adanya idea-idea itu autonom.[5]
5.
Peter Abaelardus (1079-1142 M)
Peter Abelardus lahir di Pallet (Palais), tidak jauh
dari Nantes, Perancis, pada tahun 1079. Dia adalah anak tertua dari rumah
Breton mulia. Nama aslinya adalah Pierre de Palais. Nama Abaelardus (juga
ditulis Abailardus, Abaielardus, Abelard, dan dalam berbagai cara lain)
dikatakan korupsi dari Habelardus, kemudian diganti oleh dirinya sendiri untuk
nama panggilan Bajolardus yang ditunjukkan untuknya saat menjadi siswa. Peter
Abelardus adalah seorang filsuf dan teolog yang terkenal pada Abad Pertengahan.
Ia dipandang sebagai pendiri skolastisisme bersama dengan Anselmus dari
Canterbury. Dan Peter Ablardus meninggal pada tanggal 21 April 1142.[6]
Salah satu pemikiran Abelardus yang terkenal di
bidang etika adalah tentang kemurnian sikap batin. Disamping itu dia juga
berfikir bahwa peranan akal dapat menundukan iman, iman harus mau didahului
oleh akal. Berfikir itu berada di luar iman. (di luar kepercayan). Oleh sebab
itu berfikir merupakan sesuatu yang berdiri sendiri. Peter Ablardus menberikan
status yang tinggi kepada penalaran dari pada iman.
Semasa
hidupnya Peter Ablardus termasuk orang yang dikenal sebagai konseptualisme dan
sarjana yang dikenal dalam sastra romantik, sekaligus sebagai rasionalistik. Peter Abalardus memberikan alasan bahwa
berpikir itu berada di luar iman. Karena itu berpikir merupakan sesuatu yang
berdiri sendiri. Hal ini sesuai dengan metode dialektika yang tanpa ragu-ragu
ditunjukkan dalam teologi, yaitu bahwa teologi harus memberikan tempat bagi
semua bukti-bukti. Dengan demikian, dalam teologi itu iman hampir kehilangan
tempat. Ia mencontohkan, seperti ajaran Trinitas juga berdasarkan pada
bukti-bukti, termasuk bukti dalam wahyu Tuhan.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
[2] Scott MacDonald. 1999. "Boethius,
Anicius Manlius Severinus". In The Cambridge Dictionary of Philosophy.
Robert Audi, ed. 878-879. London: Cambridge University Press.
[4] Atang Abdul
Hakim dan Beni Ahmad Saebani,Filsafat Umum,(Bandung: Pustaka
Setia, 2008), Cet. Ke 1, hal. 73
[5] Ahmad Tafsir, 2010, Filsafat Umum, Akal dan Hati Sejak Thales
sampai Capra, Bandung: PT Remaja Rosdakarya
[6] Maulida hayati, dalam : http://civiceducation10.blogspot.com/2011/04/pemikiran-pemikiran-peter-ablardus.html
Tidak ada komentar:
Posting Komentar